Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi meluncurkan Sistem Manajemen Talenta yang dirancang untuk meningkatkan transparansi serta akuntabilitas dalam proses seleksi tenaga pendidik dan pejabat sekolah. Sistem ini diharapkan mampu mencegah praktik titipan atau campur tangan pihak tertentu, yang kerap dikenal dengan istilah ordal (orang dalam).
Transparansi dalam Rekrutmen
Melalui sistem ini, proses promosi dan pengisian jabatan akan dilakukan berbasis data kompetensi, rekam jejak, serta kinerja. Artinya, guru maupun tenaga kependidikan yang ingin meniti karier harus memenuhi standar penilaian yang objektif.
Kemendikdasmen menegaskan, dengan adanya sistem ini, peluang nepotisme atau “jalan belakang” bisa ditekan. “Kami ingin memastikan bahwa yang mendapat kesempatan adalah mereka yang benar-benar layak, bukan karena kedekatan dengan pihak tertentu,” ujar salah satu pejabat Kemendikdasmen.
Hindari Praktik Ordal
Praktik ordal dalam dunia pendidikan sering menjadi sorotan karena dianggap merusak kualitas sumber daya manusia. Banyak kasus di mana posisi strategis di sekolah atau dinas pendidikan terisi bukan karena prestasi, tetapi karena adanya campur tangan pihak luar.
Dengan hadirnya sistem manajemen talenta, pemerintah berharap masalah ini bisa diatasi. Proses seleksi akan dilakukan secara digital, dengan pemantauan terbuka sehingga masyarakat dapat mengakses informasi terkait hasil seleksi.
Baca Juga :
Ambalat, Laut Sulawesi, dan Perjalanan Nama pada Peta dan Kedaulatan
Harapan dan Dampak
Guru dan tenaga pendidik menyambut positif langkah ini. Mereka menilai, sistem yang transparan akan memotivasi pendidik untuk meningkatkan kualitas diri tanpa khawatir tersisih oleh praktik tidak sehat.
Selain itu, sistem ini juga diharapkan mencetak pemimpin pendidikan yang memiliki integritas, profesionalitas, serta visi yang jelas dalam memajukan sekolah.
“Kalau rekrutmen sudah bersih, hasilnya pasti akan terasa langsung di kelas. Siswa akan dibimbing oleh tenaga pendidik yang benar-benar berkualitas,” ungkap seorang guru di Jakarta.
